SIAK, Riaubertuah.co.id - Bupati Siak menyebut Dana Desa bisa dipakai untuk usaha ternak lebah. Madu masih menjanjikan hingga Bupati ingin Siak jadi sentra penghasil madu.Penjualan madu lebah sangat prospektif pada masa pandemi Covid -19 ini.
Produsen dan distributor tidak perlu saling bertemu dengan konsumen, tinggal memanfaatkan aplikasi di gadget untuk pengiriman untuk seluruh wilayah Indonesia.
Banyaknya budidaya lebah untuk menghasilkan madu alami di Kabupaten Siak, membuat Bupati Siak Alfedri menaruh perhatian kepada pada pembudidaya.
Alfedri telah mengunjungi sejumlah penangkaran lebah di pelosok-pelosok kampung di kabupaten berjuluk negeri istana itu.Dia menemukan pengelolaan dilaksanakan secara mandiri oleh kelompok tani. “Terakhir kami mengunjungi budidaya lebah melifera di Dusun Segintil, Kampung Teluk Rimba, Kecamatan Koto Gasib," kata Alfedri, Rabu (4/8/2021).
"Budidaya lebah penghisap saripati daun akasia ini sudah berjalan selama setahun, kendala mereka adalah sulitnya pemasaran,” ujarnya.Ia menceritakan, karakter madu yang dihasilkan masing-masing lokasi budidaya sangat berbeda. Namun secara kualitas semuanya rata-rata baik, sebab madu yang dihasilkan tetap alami.
Pembudidaya hanya menyipakan penangkaran sedangkan lebahnya tetap berterbangan untuk mencari makan di hutan-hutan alam dan tanaman yang ada di sekitarnya.“Kami turun melihat kondisi penangkaran dan berdiskusi dengan pengelola. Kebanyakan memang dikelola dengan anggaran mandiri. Masalah umum adalah pola pemasaran madu yang dihasilkan,” kata dia.
Selain itu, ia juga menyampaikan untuk membudidayakan lebah tersebut bisa menggunakan dana desa.Ia mendorong masing-masing desa bisa menindaklanjuti usaha budidaya lebah penghasil madu ini dengan menggunakan dana desa.
“Jadi jika pemerintah kampung (desa) mau mengorbitkan adanya budidaya lebah penghasil madu, sebaiknya juga dibentuk kelompok taninya, kemudian anggaran digunakan adalah anggaran desa,” kata dia.Menurut Alfedri, semakin banyak pembudidayaan lebah penghasil madu semakin terbuka peluang ekspor ke Malaysia.
Ia meminta pembudidaya bayu yang telah eksisting tidak khawatir jika ke depan banyak budidaya madu bertumbuh di desa-desa.“Kita akan bantu pemasarannya, melalui dinas terkait kita juga bantu pengemasan yang menarik,” kata dia.
Terkait hal tersebut, Alfedri telah menghubungkan PT Kimia Tirta Utama (KTU) Astra Agro Lestari dengan pembudidaya lebah melifera di Segintil.Budidaya madu Melifera Segintil ini dikelola oleh Kelompok Tani Duo Rimbo Madu.
“Kami telah berkomunikasi dengan pimpinan PT KTU, agar mereka mengambil madu dari Duo Rimbo Madu Dusun Segintil ini. Selain itu perusahaan juga kami minta membantu kemasan untuk kelompok ini, sebab kampung ini adalah ring 1 PT KTU,” kata Alfedri.
Ia melanjutkan, permintaan tersebut telah disetujui oleh manajemen PT KTU. Ribuan botol kemasan berbagai ukuran sudah diserahkan PT KTU kepada pengelola.
“Tinggal lagi rencana PT KTU akan berlangganan tetap dengan Poktan Duo Rimbo Madu. Karyawan PT KTU dan karyawan di pabrik kelapa sawitnya memerlukan asupan madu sebagai puding. Artinya, Poktan ini sudah berangsung mendapatkan pelanggan tetap,” kata dia.
Alfedri berkeinginan Kabupaten Siak menjadi sentra penghasil madu berkualitas ke depannya.Tujuannya agar hasil produksi madu berbagai karakter dari Siak dapat diekspor ke Malaysia.
“Peluang ini terbuka tinggal lagi kita berangsur-angsur untuk merintis itu. Semakin banyak pembudidaya lebah madu tentu kuantitas juga bertambah sehingga memenuhi kuota ekspor,” kata dia.
Sementara itu Administratur PT KTU Hubbal K Sembiring dan Asisten CSR PT KTU Slamet Riyadi mengatakan pihaknya akan menyupport perkembangan usaha madu melifera di dusun Segintil.Pihaknya sudah mengantarkan 10.000 botol kemasan berbagai ukuran ke lokasi.
“Kami siap untuk membantu Poktan Duo Rimbo Madu ini. Di perusahaan kami ada tambahan puding untuk karyawan di masa pandemi Covid-19, kami berencana berlangganan dengan kelompok tani ini supaya karyawan mendapatkan madu berkualitas,” kata dia.
Kelompok Tani Duo Rimbo Madu Dusun Segintil Amri mengatakan, harga jual madu yang dihasilkan kelompok taninya hanya bekisar Rp 80 ribu per Kg.Untuk pelanggan tetap dengan orderan partai besar bisa dikurangi dari harga regular.
“Penangkaran lebah melifera itu baru dimulai sejak Juli 2020. Hasil produksinya sudah dijual ke mana-mana, bahkan ada pelanggan yang membawa madu kita ini ke Amerika Serikat,” kata dia. Karakter madu yang dihasilkan juga cukup unik, warnanya coklat mengkilat kehitaman dan rasanya manis dengan tekstur yang kental.
“Anggota kelompok tani kami ini 22 orang mendirikan penangkaran lebah melifera ini sejak Juli 2020 lalu. Kami terinspirasi dari ustad Fredy, seorang jemaah tablik yang mengenalkan madu melifera kepada kami,” kata Amri kepada Tribunpekanbaru.com.
Amri bertutur, saat ini kelompoknya sudah mempunyai 700 kotak penangkaran.Satu kotak penangkaran menghasilkan madu paling sedikit 2 Kg dan paling banyak 4 Kg.Sebanyak 700 kotak yang dimiliki bisa menghaislkan 2 ton madu, dengan masa panen 2 minggu sekali.
“Selama ini kami menjualnya kepada pemesan dengan kemasan jeriken 50 Kg, dengan harga Rp 4 juta, rata-rata 1 Kg seharga Rp 80 ribu,” kata Amri.Jika rata-rata hasil panennya 2 ton per dua minggu, kelompok tani yang diketuai Amri ini menghasilkan uang Rp 160 juta.Sebulan 22 orang yang tergabung dalam kelompok tani itu menghasilkan uang Rp 340 juta.
“Kami beruntung memulai usaha ini sejak Juli 2020 lalu, ada usaha pada masa pandemi Covid-19 ini yang sangat menguntungkan,” katanya. Menurut Amri, hasil panen madu yang melimpah saat cuaca tidak terlalu panas dan tidak hujan. Bila musim hujan atau panas terik hasil panen agak berkurang.
Ia menerangkan, penangkaran lebah melifera itu sengaja dibuat berdekatan dengan hamparan akasia, karena karakter lebahnya memakan saripati daun dan bunga akasia.
“Lebah ini unik tidak menyengat, kita buat penangkaran yang berdekatan dengan makanannya,” katanya.Kotak-kotak penangkaran itu didatangkan dari Jawa termasuk dengan lebahnya sendiri.Dalam satu kotak berisi 8 jaringan yang akan menjadi sarang para lebah.
Penangkaran ini juga menciptakan ratu lebah untuk mengahasilkan telur di setiap jaringan di dalam kotak. Sehingga lebah ini terus bereproduksi dan berproduksi sepanjang waktu.
“Saat ini kami keteteran untuk pemasaran, kami berharap PT KTU membantu pemasaran kami untuk selamanya,” kata Amri.Selain musim yang menjadi kendala, hewan endemik berupa berunga di kawasan itu juga mengancam.Namanya di kawasan hutan yang berubah menjadi HTI, sisa -sisa generasi hewan buas yang terancam punah seperti beruang dan harimau masih berkeliaran di sana.
Amri terpaksa mendirikan pondok dan menyewa penjaga penangkarannya.“Bila datang beruang, penjaga yang mengusirnya dengan mercon. Kalau tidak dijaga madu -madu ini bisa habis sama beruang,” kata dia.
Kepala desa/penghulu kampung Teluk Rimba, Mubarok mengatakan, kelompok Tani Duo Rimbo Madu ini mandiri, modalnya merupakan patungan para anggota.Di Segintil, juga terdapat kelompok tani lain yang mempunyai penangkaran lebah melifera.
“Kelompok tani ini yang asli warga Segintil, sedangkan yang lain adalah pihak luar yang membuka usaha penangkaran di Segintil,” kata Mubarok.
sumber ; tribunpekanbaru